Entri Populer

Senin, 30 Januari 2012

Lesman Giawa, dari Nias Selatan.
Sahabat bukan tentang siapa yg telah lama kamu kenal, tapi tentang siapa yg menghampiri hidupmu dan tak pernah meninggalkanmu. Hari terus berganti, bulanpun berganti bulan bahkan tahun pun juga berganti, dan waktu terus berjalan, dalam melewati semuanya itu pastinya banyak kelalaian-kelalaian yang terjadi dalam setiap langkah kehidupan manusia baik itu yang disengaja juga yang tidak disengaja. Nah... sebgai orang percaya saya ingin kita belajarlah dari masa lalu, dan bersiaplah tuk menuju masa depan meraih kesuksesan, berikanlah yg terbaik untuk hari ini... alangkah indah jika setiap menit yg kita habiskan menjadi berarti... berarti untuk orang lain pun diri sendiri, untuk itu mari kita kerja sama dalam menjalani hidup ini. implementasikanlah karakter yang baik dan yang berkenan agar kita bisa menjadi pribadi yang membawa berkat bagi diri sendiri, keluarga kita, lingkungan kita dan bangsa kita.

Salam sejahtra ..... 
Sebelum terlalu jauh menyampaikan beberapa hal dalam blog ini,…. Yaami ira talifusogu gofu hezoso ami, sombaso blog daa, uowai mano ami fefu salam persahabatan Yaahowu!!!


Sehubungan dengan terbitnya topik blog ini saya sebagai anak Nias Selatan, rindu agar Nias Selatan kedepan semakin maju dan menjadi kebanggaan bangsa kita. untuk itu saya menghimbau kepada seluruh rekan-rekan saudara/i, pemada/pemudi, remaja generasi bangsa yang berasal dari Nias Selatan dimana pun berada, baik yang saat ini sedang berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa ataupun rekan-rekan yang sudah mendapatkan lapangan kerja, Mari kita kerja sama dalam blog ini untuk bersosial satu sama lain, saling memotifasi, dan saling mendukung serta saling menolong dalam bentuk-bentuk apapun semampu kita. walau kita saling berjauhan tapi kita dekat dalam blog ini dan membangun persahabatan sehingga kelak bila kita bertemu kelak kita bisa mewujudkan keinginan luhur yakni membangun daerah kita atau tanah Nias Selata Nias  tercinta menjadi sebuah daerah kecil yang patut diteladani dan mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Ditinjau dari kebhinekatunggalika, jelas bahwa kita memiliki beragam macam perbedaan baik segi budaya, karakter, dan berbagai perbedaan lainnya, untuk itu mari kita memposisikan diri kita dengan baik dalam berbagai perbedaan yang kita miliki walau kita saling berjauhan mungkin karena mengejar cita-cita atau mencari nafkah kehidupan diberbagai tempat keberadaan kita tetapi jangan pernah kita melupakan tali persaudaraan kita yang lahir di Tanah Nias secara khusus Nias Selatan jangan melupakan pulau kecil yang tercinta yang penuh misteri dan historis dan hal ini bukan unsur sukuisme atau kedaerahan tetapi kita bangkitkan sebuah hasrat untuk membangkitkan semangat juang daerah kita kedepan, seiring berjalannya waktu saya sejenak merenung dan berpikiran terlalu muda sebagai anak muda dan menyadari diri sebagai generasi Nias Selatan. Mengingat tingkat perkembangan yang semakin pesat terjadi diberbagai daerah termasuk di Nias Selatan baik perkembangan teknologi, situasi ekonomi dan juga tingkat perkembangan Nilai-nilai kependidikan dan kepemerintahan daerah. Peningkatan-peningkatan tersebut masing-masing bidang pastinya secara realitasnya sangat berpengaruh. Pengaruh yang saya maksud dalam hal ini yakni pengaruh yang positif dan pengaruh negatif. Dengan demikian  saya mencoba menghimpun informasi serta menguraikan beberapa hal dalam blog ini mengenai berbagai macam hal-hal negatif yang sering terjadi didaerah kita dengan sebuah harapan bahwa pengaruh negatif yang sering terjadi selama ini semakin hari semakin terkikis dan menjadi lebih baik dan mungkin juga ada hal-hal yang teman-teman pandang selama ini tidak baik dalam bidang apapun baik dari segi budaya, kedaerahan yang ketinggalan jaman, atau sifat-sifat primitif yang belum terjangkau pencerahan keharmonisannya, ataupun ada sesuatu hal yang tidak baik dalam bidang kepemerintahan, bidang keagamaan, serta berbagai keterampilan-keterampilan yang mungkin tidak memberi bobot yang baik dan sebagainya mari kita pikirkan serta mengungkap bersama-sama berbagai kasus yang sudah bahkan yang sering terjadi selama ini di Nias Selatan, dan kita kerja sama dalam memberi solusi satu sama lain sehingga setiap masalah yang kita dapatkan kita ungkap penuh kesungguhan dan mari bersama juga kita klirkan dengan baik dengan kemufakatan bersama dan kelak kita dapat mengimplementasikannya ketika sudah tiba saatnya kita kembali kedaerah kita masing-masing dan masyarakat Nias selatan yang pribumi.

Saya selaku penulis blog ini mengawali dengan beberapa contoh sederhana yang sering terjadi di Nias Selatan. Pada zaman moder ini sebagaimana kita tahu bahwa Tujuan Pendidikan (Kemdiknas): "Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, Adapun Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

 Sejalan dengan itu, saya mencoba mengadakan survei melalui beberapa sumber dari buku-buku pendidikan dan juga melalui media dan satu bagian yang saya dapatkan  yang memang sangat luarbiasa kreatifitas para pemimpin kita dalam mengupayakan peningkatan mutu Pendidikan dimana pada periode 2010-2014, Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan visi Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif. Insan Indonesia cerdas komprehensif adalah insan yang cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinestetis. Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan lima misi yang biasa disebut lima (5) K, yaitu; Ketersediaan Layanan Pendidikan; Keterjangkauan Layanan Pendidikan; Kualitas/Mutu Dan Relevansi Layanan Pendidikan; Kesetaraan Memperoleh Layanan Pendidikan; Kepastian/Keterjaminan Memperoleh Layanan Pendidikan.

Pemerintah kita sungguh kreatif dalam bidang ini. Sungguh sangat luar biasa bukan? Namun implementasi upaya mewujudkan anak indonesia yang cerdas spiritual, cerdas emosional. cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestis, tidak jalan sepenuhnya penerapannya dalam segenap lembaga pendidikan formal didaerah-daerah secara realitasnya terutama daerah yang kejauhan dari kota, padahal bila ditinjau dari undang-undang yang telah disepakati bersama jelas sangat umum pernyataannya yaitu LAYANAN PRIMA PENDIDIKAN NASIONAL UNTUK MEMBENTUK INSAN INDONESIA CERDAS KOMPREHENSIF. Lantas, mengapa masih banyak siswa-siswi diberbagai lembaga pendidikan formal di Nias Selatan sampai sekarang ini secara Real bila disurvei dilapangan masih banyak anak-anak sekolah kelas 2 Sekolah Dasar belum bisa membaca tetapi ianya naik kelas?? dengan hal seperti ini Pastinya tujuan PENDIDIKAN NASIONAL itu tidak akan tercapai sampai kapan pun. Apakah dengan demikian mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi menignkatkan mutu pendidikan peserta didik? bukankah kata kasarnya semakin memper-bodoh siswa didik ??  jika diperhatikan dan dipikirkan secara logika bahwa setiap lembaga PENDIDIKAN FORMAL pasti lulus 100% Saat ujian Akhir sekolah ataupun ujian Nasinal. baik tingkat SD, SMP atau SMA. Sementara anak yang tamat itu pun belum tentu memiliki kualitas sesuai tingkat sekolah yang telah dicapainya bila diuji secara bersamaan dengan dengan anak-anak sekolah yang terjangkau oleh berbagai fasilitas dan tenaga-tenaga guru yang benar-benar mewujudkan cita-cita tujuan PENDIDIKAN NASIONAL, apalagi anak-anak daerah yang yang jauh dari kota, dalam bagian ini saya tidak bermaksud mengecap anak-anak dari desa semuanya tidak berkualitas tetapi secara kualitas dan realitas adanya anak-anak yang berbeda cara berpikirnya, juga tingkat intelijensinya.

Apakah sebenarnya yang melatar belakangi kasus-kasus seperti ini?
Darimanakah semua sumber permasalahan seperti ini, Dimana letaknya apakah dari siswa atau dari Guru-guru siswa?
Apakah dengan terjadinya peristiwa seperti di atas adalah salah satu wujud pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah??
Bukankah kasus seperti itu sangat kontroversi dengan Tujuan pendidikan itu ?

Dengan demikian saya ingin kita para mahasiswa-mahasiswi yang bercita-cita kedepan menjadi seorang Guru Profesional dalam bidang apapun, milikilah jawaban yang pasti dari beberapa pertanyaan tersebut diatas, dan bila perlu bagikanlah dalam blog ini sehingga kita bisa saling bertukar pikiran, dan saling belajar satu sama lain. Satu kalimat yang saya dapatkan dari seorang teman yaitu "Besi-menajamkan Besi, dan Manusia menajamkan Manuisa".. Marilah kita saling menajamkan demi meraih masa depan Nias Selatan yang sehat dalam sosial, sehat dalam emosional, dan sehat dalam intelijensinya dan sebagainya.

Sebuah contoh lain lagi.. mengenai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Ketika seorang polisi menjalankan tugasnya dalam sebuah bidang yaitu sebagai seorang LANTAS mengamankan lalulintas, sala satunya mendisplinkan kegunaan lampu merah dipersimpangan jalan. Itulah tanggung jawab sebagai pengaman serta pelindung masayarakat. adapun juga berbagai ketentuan pengendara jalan umum yang ditetapkan dan dituangkan dalam perundang-undangannya untuk mengantisipasi kecelakaan dan sebagainya, salah satunya pengendara motor ketentuannya harus pake Helm, Sim, dan memiliki STNK atau identitas yang jelas. Jika seseorang pengendara melanggar salah satu ketentuannya maka akan dikenakan sanksi sesuai undang-undangnya. Pengalaman saya di jogjakarta disebuah persimpangan jalan kompleks Kaliurang jalan menuju ke Gunung Merapi KM 12 pada awal bulan oktober 2011  ketika mengendarai motor menuju sebuah Campus dipinggiran Gunung Merapi, saya tidak ada sim, tidak pake helm, dan motor pun tidak ada STNK-nya dan su dan saya melanggar aturan lalulintas yaitu menyebari lampu merah dan hal ini bukan unsur kesengajaan tetapi memang benar-benar tidak tau jalur lampu aktif dan jalur non-aktif sebab simpang jalan memiliki 6 cabang… saya ditahan pak POLISI, hati saya gemetar dan ketakutan, saya menjawab semua dengan kejujuran bahwa saya gak punya SIM. Dan motor yang saya kendarai bukanlah motor saya, tanpa pikir panjang pak POLISI hanya meminta uang Rokok saja 50.000, saya langsung bayar dengan begitu cepatnya dan seketika juga Pak POLISI membebaskan saya dan dia mengantongin uangnya dengan memberikan senyum manis senang dan saya pun juga sangatlah senang dan lega sebab andai saya ditahan di POLRES saya bingun berbuat apa disana? dan berpikir bahwa saya pastinya mendapat sebuah kasus berat sebab Jogjakarta hanyalah tempat rantauan sementara untuk saya, dan sayapun gak kenal dengan mereka pak POLISI Yogjakarta. Nilai negatif dari sikap PAK POLISI seperti ini yaitu menyepelekan undang-undang, tidak menerapkan sesuai aturannya. bila saya ditahan pada saat itu pastinya bukan hanya 50 ribu pengeluaran dalam hal ini pastinya saya untung besar, dan tidak sepantasnya mengungkapnya tetapi mengingat kelalaian dalam penerapan undang-undang saya terpaksa mengungkapkannya agar apa yang telah dituangkan dalam undang-undang yang telah di Sahkan oleh pemerintah dijalankan dengan baik.

Masih banyak prinsip-prinsip yang menggatikan penegakkan keadilan itu dengan uang, menggatikan ketegasan undang-undang dengan uang, dimana letak permasalahannya?? dan jika kita memandang berbagai kasus yang terjadi di sekitar kita bukankah masih banyak peristiwa "Yang salah dibenarkan dan yang benar disalah-salahkan" Dimana nilai-nilai KEADILAN Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia kawan-kawan??? Hal ini sama halnya menjual PROFESI dengan cara negatif. mungkin terpuji disatu sisi, yaitu punya belas kasihan, tapi disisi lain ???? Ha..haha....ha...wkwkwkwkwk..... Saya untung dapat belas kasihan, kamupun untung satu sisi dapat uang, tapi??? kehilangan nilai ketegasan dari tugas dan tanggungjawab.

Mengingat Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Tentang : Hak Asasi Manusia Menimbang :  
  • Tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-Nya dianugerahi bahwa manusia, sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya.
  • Bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgem, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun;
      Dengan demikian mari kita gunakan hak bebas yang kita miliki untuk mewujudkan cita-cita bangsa kita dan mengingat juga undang-undang No.39 -1999, pasal 3 ayat 1-3 :  
  1. Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai  akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat persaudaraan.
  2. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan hukum. 
  3. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan manusia, tanpa diskriminasi.
Mari saudara-saudari berpikir jauh kedepan sebagai generasi daerah Nias Selatan mulai dari sekarang, pemuda-pemudi para remaja, kita kerja sama bergandengan tangan membawa reformasi yang baik meraih masa depan daerah kita, tanamkan kejujuran serta ketaatan/kepatuhan kepada pemerintah dan mewujudkan apa yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan.
            Dalam blog ini… ubee kesempatan khonda talifuse fefu ira kawan-kawan moroi badano niha, naso jiso badodomi ba blog daa, mungkin ada kasus-kasus lain yang tidak selaknya sesuai dengan yang sebenarnya atau tidak berkenan untuk diperbuat jangan segan-segan mengomentarinya ataupun ma jui so tambahan kasus peristiwa silo baga dalam bidang apa saja mungkin melalui pengalaman atau menyaksikan perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh di ungkap saja agar kita bisa memikirkan bersama mengatasinya kedepan, dan lebih-lebih juga yang kita harapkan yaitu S O L U S I  yang perlu kita lakukan kedepan berupa saran-saran positif khoda maafe u untuk  membenahi serta meluruskan garis kebenaran ketika tiba saatnya kita pulang di daerah kita. jadi dengan demikian terjalin serta terwujud geluaha faatalifusota (Persaudaraan Anak Daerah Nias Selatan) kata akhir saya, BERSATU KITA MAJU BERCERAI KITA RUNTUH Salam persahabatn...... Uo'wai ami fefu ira talifusogu moroi badano niha…

Y A A H O W U !!!

Jumat, 27 Januari 2012


PEMAHAMAN PROSES EDUAKSI PENDIDIKAAN KRISTEN BARU
Olesh : Lesman

1.      Fokus Utama Proses Eduaksi Kristen
Dalam bagian ini, Sebelum mengawali pembahasan Pendidikan Kristen yang relevan dengan Evaluasi lebih dahulu menjelaskan Proses Pembelajaran Pendidikan sebelummya atau yang sering dilakukan sejak dahulu sehingga dapat mengevaluasi dan memberikan alternatif baru yang dapat dipakai dalam proses yang baru.
Menurut sejarahnya dikemukakan oleh Clark dan Ronald Allen Williamson, fungsi pengajaran yang sebenarnya hanya untuk pembelajaran persiapan sebelum baptisan. Autentisitas (Keaslian Atau Kebenaran) pengajaran dan pengajar yang autentik (Asli, Sah, Dapat Dipercaya) dinilai berdasarkan ketika muridnya lulus dan siap untuk dibaptis. Oleh sebab itu terciptanya pedoman ringkas dan praktis untuk memulihkan identitas Gerja, menunjukkan bahwa tugas utama pelayanan adalah pengajaran iman kristen. Mereka percaya bahwa menteri memahami apa yang dituntut dari peserta didik belajar Iman Kristen, dan seberapa baik mereka melakukan apa yang dituntut dari materi.
Ditinjau dari Setting sosial dan jalur pelaksanaan proses pendidikan Teologi dan agama kristen dalam bentuk persekolahan  dan perkuliahan, maka kini seharusnya lebih banyak menekankan proses dan metodologinya secara akademik. Bukan hanya soal Agama dan teologi Kristen dengan modus pelayanan gereja dan tuntutan pertumbuhan iman seperti sejarahnya itu.
Dalam kebaharuan pemahaman proses edukasi pendidikan keagamaan kristen, yang harus kita lakukan adalah untuk mempertahankan arti penting atau esensi (hakekat, inti, dasar) utama dari nilai pengajaran Alkitab, namun pendidik kristen untuk mengimplementasikannya dalam peraturan sosial masyarakat postmodernitas harus disesuaikan. Dalam mengikuti setting sosial inilah adanya pembaruan baik metodologinya, proses, strategi, atau metode dan prosedural, namun tidak merubah isi atau hakekat utama dari pengajaran.
Dengan kata lain oleh Millard J. Ericson, L. Arnold Hustad, sejatinya yang dilakukan Pendidik Kristen adalah Menyempurnakan dari teks klasik dan meningkatkan kualitas mutunya lewat metodologinya dengan mentransformasikan bahasa teks-teks Alkitab dan teologisnya menjadi sosio-praksis sesuai setting sosialnya dan sesuai dengan spirit jamannya agar dipahami manusianya.
Seorang tokoh Ted Campbell, kita hanya memeriksa kerangka ajaran bersejarah dari tradisi kristen utama yang telah membentuk warisan teologis kita dengan tujuan untuk membarukan maknanya agar sanggup menyediakan gambaran luas dari keyakinan tertentu setiap tradisi, dan otoritas agama. Dengan demikian perlu untuk mempertimbangkan semua defenisi-defenisi yang dibuat selama ini, apakah sesuai dengan realitas jamannya, dengan kata lain apakah metodologi, proses, strategi atau prosedural pengajaran kristen yang dulu itu sesuai dengan jaman sekarang.
Edukasi yang dibahas dalam bagian ini adalah dunia teori yang digunakan untuk melakukan uji empiris, uji kelayakan, uji klinis, dan uji mutu dan bobot akademik dari seluruh tradisi dan otoritas agama kristen dan termasuk uji cara kita memandangnya selama ini.  Cara akademik seperti itulah sanggup menciptakan dan membetulkan pemetaan pemikiran untuk bertindak dan menunaikan dan panggilan dan tanggungjawab edukasi pendidikan Kristen.
Dengan demikian perlu konsep-konsep secara substansif dalam eduaksinya, yaitu teori dan sosios-praksisnya. Sangatlah perlu untuk mengedukasi pendidikan teologi dan mengedukasi agama kristennya, lewat instruksi pembelajaran, assesasi atau penilaian, refleksi, perencanaan, dan rekonstruksi yang baru secara berkesinambungan. Proses edukasilah yang bisa menjelaskan sekaligus bisa mewujudkan ajaran abadi dan makna batin dari semua narasi agama dan teologi didalam kristen.

2.      Tujuan Akhir Dari Proses Eduaksi Yang Baru
            Tujuan kita sebagai pendidik Kristen dalam hal ini adalah program pendidikan yang berdasarkan realitas sesungguhnya yang terjadi di masyarakat, metodologi yang eduaktif dan renkonstruktif, aktifitas belajar yang sangat berniat untuk mengembangkan ketrampilan, muatan isi dan materi kurikulum.
            Pendidik kristen sebagai priset yang seharusnya meneliti aspek pendidikan, pengembangan yang mengembangkan pendidikan. Jika demikian, tugas kita sebagai pendidik Kristen bukan lagi sebagai tugas dan tanggung jawab pastoral, yang sering dilakukan dengan fokus menyentuh hati dan menjangkau roh, emosi dan hati untuk kristus demi kesejahteraan rohani.
            Dengan demikian kita akan lebih mudah untuk mengidentifikasi strategi yang sesuai karakteristik mereka dan menyajikannya kepada mereka dalam kerangka teoritis yang menjelaskan bagaimana mereka mempromosikan pembelajaran siswa aktif dan bermakna. Dengan demikian proses eduaksi adalah srtuktur logis dan perilaku saling berhubungan yang kontribusi untuk belajar siswa dan mahasiswa yang didasarkan pada teori dan penelitian.
            Eduaksi dapat juga dipakai untuk merubuhkan tembok pembatas kampus dengan pagar sekolah yang tebal dan tinggi yang hampir merusak langit.Kondisi ini telah berhasil memisahkan diri dan kehidupan anak- anak muda belia dari realitas sesungguhnya.Oleh karena itu mahasiswa sebagai calon pendidik agama Kristen dan setelah menjadi seperti yang di inginkannya itu, ia adalah sebagai pekerja spiritual dan intelektual. Karena sikap dan tindakan profesionalisme memang di perlukan untuk bertindak kongkrit untuk membebaskan belungguh system pendidikan persekolahan yang melalui berorientasi nilai – nilai statistical dan numerikal dan dipenuhi aturan kaku.Belajar adalah upaya kemandirian dan kemerdekaan.Mereka perlu bertindak cetakan untuk mengoprasi otak dan saraf – sarafnya dengan tidak tolerir,tidak kompromis dan membiarkan malpraktik proses edukasi pendidikan Kristen.sistem edukasi adalah system layanan penanganan penyakit fisik dan psikis kesiswaan,serta mentalitas keguruan yang hanya menggurui dan mentalitas pegawai negeri atau pegawai yayasan saja tetapi meluas menjadi pegawai masyarakat dan Tuhan yang bertanggung jawab.
            Sejak lahir manusia memang diajar atau dididik secara personal dan komunal  untuk hidup dan bersosialisasi bukan hanya untuk komonitas masyarakat beraagama sendiri,tetapi bertanggung jawab secara sosial dalam komonitas masyarakat yang lebih luas.Tetapi dalam sudut penglihatan kita sebagai pendidik Kristen masih harus kita kerjakan bagian lain yang penting agar secara teringtegratif dan koorporatif dengan sistem nilai teologi dan agama Kristen yang kita yakini benar.
            Jika tindakan sosial kita terkoorporatisme dan teringegrasi,maka mahasiswa dan siswa Kristen akan memiliki keperdulian sosial kongkrit dan rasa sosial karena ia bagian dari sosial.Dan dengan demikian kita sedang mengerahkan segala kemampuan untuk menciptakan pendidikan Kristen yang memiliki pemimpin Kristen yang bertanggung jawab secara sosial.Tetapi bagi kita pendidik Kristen hal itu sangat dituntut untuk mengintergasikannya lewat pemahaman baru terhadap pendidikan keagamaan Kristen saat ini disini dan sekarang ini.
            Upaya edukasi ke edukasi, itulah menjadi esensi dan kekayaan maknanya.Ini akan memberikan sunbangan perbaikan pada kesehatan mental dengan perbaikan kondisi umat manusia di dalam sekeloh, lewat makna edukasi. Jika pendidikan Kristen tidak membaharui segala sesuatunya, maka aka nada masalah lain yang akan ditimbulkan, yakni adanya kecendurunngan dalam realitasnya dominan untuk memperlihatkan sikap superior dan eksklusif yang memandangan diri sebagai yang paling benar atau sebagai satu- satunya yang empunya kebenaran realitasnya juga menunjukan triumfalistik  yakini penganut agama lain.
            Disini perlu proses edukasi dan intelektualitas yang tinggi agar mahasiswa dfan siswa pendidikan kristen bisa mengkritisi ajaran agamanya bukan lagi hanya mengamini dan menjalankan doktrin agama tersebut.
Jika kita sepekat dan sepaham dengan ini makanya sebenarnya kita sedang memerlukan beberapa arah baru praktek pengajaran bagi masa depan pendidikan kristen.karena dalam dunia perubahan yang cepat tersebut itu penting untuk mengetahui siapa kita dan akar- akar keluarga dan kerabat besar serta kekayaan dan keragaman keluarga iman kita , tetapi kepentingan edukasi dengan seting sosialnya berbeda.nantinya akan bisa menawarkan kontribusi akademik sebagai peta jalan untuk lanskap yang luas dari pendidikan keagamaan kristen.
Periset perlu menjelaskan secara kongkrit seperti apa yang dikatakan Randlop Grump Miller “bagaiman interaksi dan posisi atau kontribusi dari teologia kepada teori dan praktek pendidikan keagamaan kristen.Kemampuan riset itulah yang mampu menghasilkan beberapa arah baru bagi masa depan pendidikan kristen.Artinya kita bukan lagi malahan hanya untuk melasterikan tanpa mengkritisi dan membarukannya sayangnya tindakan pelestarian dan penjagaan dari ancaman keunahan itu- itu sajalah yang banyak kita miliki saat ini.          

E. STRATEGI EDUAKSI YANG BARU BAGI PENDIDIK KRISTEN
1.      Pembaharuan Strategi.
Strategi adalah ilmu dan pengetahuan yang menggunakan ragam metode baru dengan mengiuti langkah-langkahnya yang rencana dengan cara mempekerjakan rencana atau siasat menuju sasaran dalam mencapai keberhasilan strategi. Dalam abad pertengahan menurut  Madeleine At kins george brown, jika berbicara soal edukasi umumnya masih dibatasi dengan pemahaman mengajar atau mengkuliahi. Hal itulah alasan Akademik mengajar dalam bahasa inggris disebut lectures yang dalam prosesnya baru hanya selalu dilayankan dalam proses yang sistem ceramah. Ini adalah bentuk yang paling umum dari mengajar dari perguruan tinggi baik kristen dan muslim. Istilah in ika dalam bahasa latin abad pertengahan disebut lecture, yang berarti membaca keras-keras. Hal ini terjadi bahwa saat itu kuliah terdiri dari pembacaan teks secara lisan dan menceramahkan.
                        Akibatnya seperti kata perry G. Downs, banyak guru dan dosen menggunakan metode ceramah, tetapi tidak semua melakukannya dengan bak. Meskipun banyak orang yang masih saja percaya bahwa cara ini merupakan bagian penting dari menjadi seorang pendidik kristen, karena memang dianggap menjadi strategi untuk pengajaran pertumbuhan iman.  Dalam menyingkapkan lebih detail lagi tentang asumsi pengajaran dan pembelajaran pendidikan keagamaan kristen dari sisi historisnya berdasarkan keterangan dari William R. Yount. Ia berkata, pengajaran dan pembelajaran kristen  eksis karena Tuhanlah yang menjadi seorang guru. Ialah pencipta dan guru diatas segala pendidik kristen dibumi, bahkan Ialah sumber, muatan isi dan materi atau fondasi dari pengajaran dalam pendidikan keagamaan kristen itu sendiri. Oleh karenanya semua isi dari pendidikan kristen itu haruslah wahyu-Nya atau diri-Nya yang telah tertulis atau terdokumentasi dalam Alkitab itu sendiri.

2.      Pembaharuan Metode Ajar Dan Belajar.
Metode adalah seumla prosedur atau proses mencapai atau memahami sebuah objek yang berusaha untuk mendapatkan identifikasi lengkap dengan kepribadian batin karakter yang digambarkan sebagai berikut :
a.       Prosedur yang sistematis, teknik, atau modus penyelidikan yang dipekerjakan oleh suatu disiplin tertentu.
b.      Rencana sistematis di ikuti dalam bahan presentasi untuk instruksi
c.       Cara, teknik, atau proses atau untuk melakukan sesuatu
d.      Ketrampilam atau teknik dalam disiplin lmu tertentu ang berubngan dengan prinsip-prinsip dan teknik penyelidikan ilmiah.
Dengan demikian sangat menghendaki seluruh eduaksi kristen dengan seluruh programnya disetiap jenjang pendidikannya, bisa menggunakan ragam metode ajar dan belajar baru sehingga sejumlah program tersebut melampauhi sekedar teori instruksi proses belajar mengajar apalagi yang dianggap sebagai pelatihan pada tahap proses awal untuk pembentukan dan penciptaan kompetensi mengajar. Upaya sistematis ni di lakukan agar pelakunya memiliki pengetahuan profesional dan kehidupa profesional dalam pendidikan. Dengan demikian, kelas-kelas pembelaaran disejumlah sekolah-sekolah kristen baik pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi tidak lagi hanya dianggap sebagai progrm persiapan  menjadi guru saja tetapi, lebih dipentingkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan metode dan teknik proses dan dalam pembelajaran.
Aktifitasnya meliputi praktik mengajar dan praktik persekolahan dan juga praktik bimbingan dan tugas sistem persekolahan lainnya, disesuaikan dengan kondisi dan kebijaksanaan otonomi lokal. Artinya aksentuasi dan artipulasinya pada belajar, bukan lgi sekedar mengajar. Ini di lakukan agar mahasiswa dan siswa memiliki pemahaman langsung untuk membangun dan meningkatkan kompetensi pedagogi kritis, kompetensi kepribadian, ompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi belajar sendiri secara interdependet dengaan orang lain. contoh strategi eduaksi yang baru bagi pendidikan kristen dari proses edukasi lama sebelum evaluasi dan proses eduaksi baru setelah evaluasi dihalaman 85-87. Inilah yang sanggup menghasilkan kebaruan dari proses edukasi ke eduaksi seperti yang telah di jelaskan pada tabel halaman 85-87. Itu akan sanggup menghaslkan pemahaman pengetahuan yang berorientasi manusia bukan hanya insitusinya saja. Artinya kita tidak lagi mungkin hanya mengajar komponen keagamaan hanya terkait isi dan materi pendidikan agama atau teologi saja.
Selanjutnya kalau diamati yang terjadi sebenarnya, bahwa para pelaku revolusi tersebut lebi fokus ada pencarian dan pembetulan logika, cara pemikiran manusia, dan rasionalisasi baik sanis dan teologi seperti kata Peter J. Barrett. Merea melakkannya karena teologis pada saat itu, belum pernah dilihat aau diposisikan sebagai disiplin akademik atau memiliki ilmu penetauan dan sisi keilmiahannya, selain hanya masih di anggap sebagai dogma atau pengajaran religius semata. Jika kita tidak mengintegrasikan sains, sosial sains, dan sains humanities dengan teologi atau agama kristen, maka proses edukasinya akan selamanya hanya sebatas perang asumsi, perang doktrin dan perang subjektifitas karena prses edukasinya tidak atau belum ilakukan dengan saintifik.
Sesuai dengan penjelasan di atas, maka benarlah bahwa sesungguhnya ada spektrum keilmuan yang lebih integratif bahwa dalam sains, sosial sains, dan sains humanitis dan teologi atau agama sesungguhnya terdapat unisitas dan saling membantu atau mengayakan metodoloi dan proses edukasi ke- eduaksi yang tidak terpisahkan. Maka disinalah salah satu fungsi kita pendidik kristen sebagai periset atau peneliti pendidikan keagamaan kristen setiap lefel pendidikannya untuk menjadikannya sebagai lembaga riset dang pengembangan masyarakat yang sangat jarang dilakukan. Jika kita sepakat dan sepaham soal itu, maka akan sangat mudah memahami dan menjelaskan perbedaan dimensi dalam setiap metodologi berilmu, bertuhan,beragama, berteologi dan bermasyarakat. Dengan memahami tingkat masyarakat maka kita memahami multistrategi dan perbedaan cara berilmu untuk memposisikan dan memaknai agama dan teologi yan kita edukasikan. Jika demikian maka, kita mau tidak mau lewat proses edukasinya, harus bisa merekonstruksi secara baru sesuai dengan kebutuhan di dalamnya. Kemudian, kita akan mampu merancang program pendidikan, isi dan materi yang pantas dan tepat untuk menggunakan metode untuk membelajarkan siswa.
Hal itu merupakan cara berpikir dan berilmu yang simplitis atau terlalu menyepelekan substansi dan esensi dari agama  itu sendiri. Apakah juga kita dengan mudahnya saja berapologi, membela diri atau berpolemik, bahwa yang keliru bukan isi, materi dari pelajaran agamanya melainkan orang, oknum atau manusianya. Agama datangnya dari Tuhan tidak mungkin salah dan menyimpang, pemeluknyalah yang salah dan buruk perilakunyalah yang menyimpangkan ajaran agama tersebut. Jika berkata seperti itu justru membuka peluang bagi orang yang berilmu akan melejehkan agama, orang, dan komunitas masyarakat beragama tersebut karena dari situ terlihat jelas agama dipahami sekedar sebagai sikap kepatuhan dan ketundukan terhadap agama, dogma secara kaku den mekanistik karena hanya mengikuti ajaran agamanya saja.
Dengan demikian pendidik kristen harus memikirkan ketrampilan belajar dan proses seperti apa sejatinya yang mereka dan masyarakatnya butuhkan. Artinya yang kita butuhkan juga  secara lebih luas adalah seperti istilah dari marvin Minsky. Dalam belajar dan mengajar janagan lagi hana terjebak” transfer belajar” kepada atau kedalam diri siswa, tetapi juga untuk komunitas masyarakat beragama mereka. Oleh karena itu pendidik risten memerlukan ketrampilan berpikir atau “thinkingskill”. Ketrampilan berpikir dalam pemahaman disini adalah kombinasi dari cara-cara  akademis untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan, merefleksikannya dan membuat prediksi.
Hal itu juga termasuk multicara untuk mengedit pengalaman, mengatur ulang pengalaman dan menguji serta berpikir  dengan multi aspek yang kreaktif apa yang berguna dari pengalaman hidup dan pengalaman belajar yang bermanfaat untuknya. Jika demikian, pendidik kristen akan sampai mampu melakukan kajian terhadap kebiasaan mengajarnya secara efesien. Peggy L. Maki berkata, diskusi akademik soal gaya disipln mengajar tentu menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sejatinya hubungan antara metode pengajaran dan metode untuk menilai disiplin pelajaran. Disinilah diperlukan silabus sebagai rencana kerja eduaksi untuk membantu pendekatan terpadu dan ontetik, dan untuk menyediakan bukti belajar siswa dan mahasiswa didasarkan pada pekerjaan mereka.

Kesimpulan : dari penjelasan diatas maka kami menyimpulkn bahwa memang kita sedang membutuhkan dalam hal ilmu mengajar dipendidkan keagamaan kristen dengan menggunakan metode-metode yang berkreaktif dari seorang pengajar. Untuk itu kita membutuhkan arah dan horison baru pendidikan kristen untuk pengajaran dan pembelajaran, yang mampu menigkatkan pengatahuan dan pemahaman kehidupan yang sesungguhnya. Strategi belajar dan mengajar yang baik tetaplah karena proaktif untuk melibatkan siswa dan mahasiswa  yang sedang sekolah atau kuliah.